Labels

Pages

integrasi nasional


MAKALAH

Bangga Berbangsa Indonesia dengan Keindahan dan Kekayaan
Alam Bangsa Kita



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.

  1. Rumusan Masalah
1.      Keindahan serta kekayaan apa saja yang ada di Indonesia?
2.      Bagaimana kita menyikapinya?
  1. Tujuan
1.      Agar pembaca dapat mengetahui Keindahan serta kekayaan apa saja yang ada di Indonesia.
2.      Agar pembaca dapat menyikapi dengan benar akan keanekaragaman serta kekayaan yang ada di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal.
Sulit memang bagi kita untuk menyatakan apakah keindahan itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan berkomunikasi atau keindahan secara visual.
Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini kadang-kaang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian; yakni
a. keindahan dalam arti luas
b. keindahan dalam arti estetis murni
c. keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan
Keindahan alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adapt kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
Salah satu sifat dasar manusia adalah menyukai keindahan. Sifat tersebut terdorong dari 2 hal, yaitu kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi merupakan dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah, sedangkan ekstansi merupakan dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah.
Karena persepsi setiap orang berbeda-beda terhadap keindahan maka tercipta 2 definisi pula yang menghubungkan keindahan dengan manusia, yaitu keindahan objektif dan keindahan subjektif. Keindahan objektif merupakan suatu nilai indah yang dimiliki oleh suatu objek sehingga membuat setiap subjek yang melihat, merasakan, atau menikmatinya mengakui keindahan objek tersebut. Sedangkan keindahan subjektif merupakan suatu nilai indah yang diberikan oleh subjek kepada objek tertentu, oleh karenanya nilai indah yang diberikan pun belum tentu sama dan tergantung kepada selera perseorangan yang relatif berbeda-beda. Hal-hal tersebutlah yang mendorong manusia untuk berhubungan dengan keindahan, dan akal budi manusialah yang menjadikan manusia pada dasarnya menyukai dan mencintai keindahan.
Manusia dan keindahan/seni memang tak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik.
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah. Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.asuku bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera didalamnya.
Setiap suku bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya.
Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat integrasi.
Indonesia adalah salah satu negara tujuan pariwisata di Asia Tenggara. Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudera Pasifik dan Samudra Hindia karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).
Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih langsung.
Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India. Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara.
Selain memiliki populasi besar dan wilayah yang padat, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. Berbagai macam objek wisata terdapat di Indonesia terutama ecotourism.
Di Indonesia bagian barat, kita dapat menemukan Danau Toba (Sumatra Utara), Sungai Musi (Sumatra Selatan), air terjun Sukadan Ham (Lampung), penangkaran Buaya (Medan, Sumatra Utara) dan lain-lain. Sedangkan di Indonesia bagian Timur, kita dapat menemukan pantai Lasiana (Kupang, Nusa Tenggara Timur), air terjun oenesu (Nusa Tenggara Timur), pantai Lombok (Lombok), Pantai Losari (Sulawesi Selatan), wisata laut Bunaken (Sulawesi Utara), Pantai Hamadi (jayapura), danau tiga warna Kalimutu (Nusa Tenggara Timur) dan lain-lain.
Berlibur di Indonesia merupakan salah satu tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara, bahkan Rusia dan Jepang sudah menjadikan Bali sebagai salah satu tempat wisata tersendiri bagi mereka. Oleh karena itu, tak sedikit wisatawan yang memberikan nilai sempurna bagi keindahan alam dan keanekaragaman budaya Indonesia.
Ketika kita pergi berlibur ke suatu daerah atau lokasi wisata, kegiatan yang tidak pernah ketinggalan adalah berbelanja. Kita dapat memilih pusat perbelanjaan yang kita inginkan, produk-produk yang ditawarkan pun beraneka-ragam mulai dari kerajinan dan anyaman maupun berbagai corak batik Nusantara.
Wisata Kuliner di Indonesia tak kalah menariknya dengan wisata kuliner di Negara tetangga. Indonesia juga mempunyai beraneka-ragam hasil pangan berkualitas tinggi, seperti Es pisang ijo dan coto Maros (khas Kota Makasar-Sulawesi Selatan), jagung Bose (Nusa Tenggara Timur), Gudeg (yogyakarta), Manisan (khas Kota Malang- Jawa Timur), Kripik Udang dan kripik tempe (khas Jawa Barat), dodol (khas Garut, Jawa Barat) dan lain-lain.
Bagi kita yang memiliki jiwa petualang, kita akan disuguhkan wisata pegunungan seperti gunung Bromo (Jawa Timur), Gunung Ciremai (Jawa Barat), Pegunungan Jayawijaya (Papua), gunung Semeru (Jawa Timur) dan lain-lain.
Sedangkan bagi yang ingin wisata religi, Indonesia juga mempunyai wisata religi seperti Masjid Demak (Jawa Tengah), candi Prambanan, candi Borobudur dan candi Kalasan (Jawa Tengah), pura Besakih (Bali), masjid Sunda Kelapa (Jakarta) dan lain-lain.
Tak ketinggalan Kota Jakarta. Sebagai ibukota Negara Indonesia, Jakarta mempunyai berbagai tujuan wisata juga banyak terdapat di sini. Kita bisa mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah yang di dalamnya terdapat anjungan-anjungan seluruh propinsi yang ada di Indonesia dan berbagai museum-museum. Lalu kita dapat melihat monumen Nasional serta Museum Jayakarta yang berisikan sejarah tinggi bangsa Indonesia. tak kalah menarik adalah wisata Hutan Kota (Jakarta Barat). Wisata Kuliner juga banyak terdapat di sini, seperti gado-gado, lemper dan ketan khas Betawi.
Sebagai salah satu warisan budaya, batik menjadi produk unggulan Indonesia yang luar biasa. Batik di Indonesia mempunyai beraneka ragam corak dan mempunyai kekhasan tersendiri. Batik Singkawang (Kalimantan Barat) mempunyai khas campuran etnis Cina dan Melayu, Batik Yogya, batik Pekalongan, Batik Cirebon, Batik kab. Kuningan mempunyai khas jawa asli baik pedalaman maupun pesisir dan berbagai corak batik yang lain.
Karena animo yang sangat tinggi dalam menggunakan batik, berbagai sekolah menengah di Indonesia sudah diadakan pelajaran ekstra kulikuler dalam belajar membatik. Hal ini diharapkan agar budaya asli Indonesia tidak musnah oleh arus globalisasi.
Jika kita mengkaji Indonesia lebih dalam maka kita akan dapat menyimpulkan bahwa Indonesia memang negara yang sangat hebat. Ribuan pulau dengan ribuan budayanya serta didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang unggul, Indonesia mampu bersaing dalam berbagai kegiatan dikancah dunia internasional.
Oleh karena itu, kita sebagai bangsa dan rakyat Indonesia marilah kita menunjukkan pada dunia bahwa kita memang hebat. Indonesia memiliki segalanya, tak ada yang tidak ada di bumi pertiwi Indonesia. Kenali Indonesia, sayangi Indonesia, aku cinta Indonesia.

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapat dijadikan sebagai ke aset yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata Internasional.
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang unik.
Kesatuan budaya lokal yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara Indonesia. Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap kokoh. Sifat majemuk dari bangsa Indonesia, disamping merupakan kebanggaan hendaknya pula dilihat bahwa suatu negara dengan keanekaragaman suku-bangsa dan kebudayaan mengandung potensi konflik. Oleh karenanya guna menuju suatu integrasi nasional Indonesia yang kokoh, terdapat berbagai kendala yang harus diperhatikan.


BAB II
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya alam dan kebudayaan. Keanekaragaman ini disebabkan karena keadaan geografis Indonesia yang berada di garis katulistiwa. Kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga dan senang akan keanekaragaman tersebut. Keanekaragaman seni budaya dan hayati diindonesia tidak dapat ternilal harganya dan menjadi kekayaan bangsa Indonesia yang paling penting.
  1. Saran
Akhir – akhir ini kebudayaan Indonesia semakin luntur dan menghilang. Sebagai generasi muda kita seharusnya menjaga dan melestarikan kekayaan alam serta budaya Indonesia. Hal ini bias dilakukan dengan menyelenggarakan pentas seni antar budaya ataupun mempelajari kebudayaan-kebudayaan yang ada diindonesia.


PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA SERTA MORALITAS MODAL UTAMA KEMAJUAN BANGSA DAN KOKOH SERTA TEGAKNYA NKRI

( Oleh: Edi Bukhori ) Email : edi@pstkhzmusthafa.or.id
           
Bencana, konflik, korupsi dan perseteruan terorisme yang sering ditonton sekarang ini di Media, sebagai rakyat jelata saya hanya melongok dan melongok kondisi bangsa yang semakin terpuruk dan memprihatinkan. Disamping banyak disaksikannya anak-anak terlantar dan jerit masyarakat dengan mahalnya bahan pokok. Dalam benak saya berkata: Apa yang bisa saya lakukan dan juga berkata kasihan para pahlawa bangsa yang tulus berjuang untuk kemajuan bangsa karena perjuangan mereka melahirkan kebangkitan bukan menunggu kebangkitan.
Kalau kita runtut kembali sejarah fenomenal bangsa Indonesia yang menyisakan detak takjub dan kebanggaan terhadap para pahlawan yang berjuang mati-matian. Dalam upaya mengisi kemerdekaan, berbagai macam cara ditempuh oleh bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, seperti telah dicita-citakan dan tercantum dalam Pancasila dan pembukaan Undang-undang dasar 1945.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri dari bermacam-macam suku, adat istiadat, bahasa, dan agama. Kemajemukan tersebut, disatu sisi menjadi suatu potensi kemungkinan terjadinya konflik, disisi lain bisa menjadi unsur perekat dalam rangka membina persatuan dan kesatuan bangsa.
Masalah persatuan dan kesatuan bangsa menjadi masalah utama negara untuk mencapai kemajuan dan tujuan bangsa Indonesia. Upaya itu telah ditempuh oleh bangsa Indonesia sejak masa pergerakan nasional, karena pada masa itu persatuan dan kesatuan bangsa sangat diperlukan dan menjadi modal utama dalam menghadapi kekuasaan kolonial ( penjajahan ).
            Penjajahan yang sangat lama sekitar 350 tahun yang dilakukan penjajah Belanda, luar biasa tidak hanya materi, namun juga masalah sosial politik dan ekonomi kita dirusak. Lalu Inggris, meski tidak terlalu lama, hanya peralihan kekuasaan saja dibawah Rafless. Konon, dijajah Inggris adalah keberuntungan tersendiri. Sebab Inggris disebut mencerdaskan bangsa jajahannya. Tapi tetap saja, namanya penjajah selalu memberikan lebih banyak kerugian dibanding manfaatnya untuk Indonesia, bangsa yang dijajahnya.
            Kemudian dua setengah tahun dibawah kekuasaan Dai Nippon, bangsa ini sudah merasakan betapa pahitnya dipaksa menyembah matahari setiap pagi. Ritual ini biasa disebut seikere. Siapa saja yang menolak seikere, kenpetei akan menyiksanya. Belum lagi kerja paksa yang bernama Romusa dan pemerkosaan perempuan besar-besaran dalam sejarah Indonesia yang bernama jugun lanfu.
            Sebelum merdeka, bangsa Indonesia punya luka besar yang menganga dan parah. Ketika merdeka, sepintas lalu seolah-olah kita punya kesempatan untuk mengobati luka dan mengolah lahan bumi pertiwi secara berdaulat. Tapi lagi lagi kekuasaan orde lama, tak terlalu bisa kita sebut sebagi kekuatan penyelamat.
            Tumbang Orde lama, tumbuh orde baru. Lagi-lagi negeri ini menyambutnya dengan penuh harapan. Tapi rupanya, selama 32 tahun negeri ini diolah semaunya, seolah-olah lahan milik pribadi dan bukan milik bersama. Dan setelah rezim tumbang, yang tersisa kini hanya kubang yang besar, Hutangnya sampai beranak cucu.
            Baru 10 tahun, semangat kebaikan mendapat tempat dan kesempatan. Reformasi. gerakan Islam tumbuh dengan berbagai wadah dan wajahnya. Ada yang berbentuk partai, ada pula yang merintis gerakan, tak kurang jumlahnya  yang mengambil metode organisasi kemasyarakatan. Mereka bekerja membangun negeri mengolah lahan dengan semangat kebaikan. Baru 10 tahun, sejak 1998. Itupun dilalui dengan segala macam rintangan yang tak pernah ringan. Ada gerakan kebebasan, ada geliat globalisasi dan ada arus besar pemikiran yang membahayakan.
            Baru 10 tahun, Tanahnya belum lagi subur. Kita masih harus menata lagi irigasi dan pematang. Kita harus menyiangi lahan siang dan malam. Memupuknya, menanam benih unggulan dan menjaganya dari wereng dan hama lainnya yang siap mengancam.
            Tapi sungguh Ironis, ditengah proses berat sedemikian rupa, ternyata ada saudara kita yang merasa sudah tiba saatnya memetik buah. Bahkan lebih menyeramkan lagi, sebagian dari mereka ada yang menganggap,  sudah tiba masanya panen raya.
            Dengan segala dalil, mereka membangun dalih agar mereka mendapatkan pembenaran untuk menikmati usaha yang sedang dilakukan. Kata-kata memukau diumbar obral. Ada yang bilang strategi, juga ada yang menyebutnya diplomasi. Bahkan tak sedikit yang mengatakan, bahwa Idealisme dan pragmatisme adalah satu kesatuan yang harus selalu berdampingan.
BISIKAN DAN KELUHAN SANG PEJUANG KERINGAT
Seorang isteri berbicara pada suaminya: pah kenapa yach harga-harga sekarang terus saja naik. Jawab suami: saya gak tahu mam, bapak juga bingung apalagi jualan bapak sekarang semakin hari bukannya makin baik tapi malah makin buruk. Seorang istri berkata yah mungkin dana yang dipunyai negara kita pada dirampok oleh segolongan yang hanya mementingkan perutnya tanpa melihat penderitaan orang kecil, jadi Negara kebobolan. Dilain tempat seorang pedagang nasgor curhat pada temannya: sudah sore-sore begini daganganku masih saja seperti ini bukannya dapat untung,  tapi malah kesal dan jenuh menunggu orang yang mau membeli, apalagi harga minyak goreng dan telor semakin hari semakin naik ditambah lagi harga minyak tanah dan  harga kacang semakin  naik. Rekannya menjawab: kapan yah harga-harga akan normal kembali? Yah aku tidak tahu, buat kita rakyat kecil tnggu nasib saja, untung-untung ada orang yang peduli dengan nasib orang kecil seperti kita, paling turunnya juga cuman 100, 200 atau paling banyak 1000, rekannya menjawab: padahal kita ini dihadapkan dengan permintaan kebutuhan anak dan istri yang siap menyambut hasil usaha kita, untuk makan sore dan pagi. Tukang nasgor menjawab: aku juga sama kaya kamu seperti itu. Lanjutnya, pegawai negeri mendingan enak ketika harga-harga pada naik maka gajinya pun naik, kalu kita, yah yang ada cuman menunggu waktu kapan keadaan bisa berubah lagi seperti dulu yang tidak terlalu dibebani dengan problema hidup. Tapi kita patut bersyukur yang penting kan, hasil usaha kita sok sanos saalit nu penting mah berekah.
Daripada Cerita diatas sangat tumpah ruah dan seringkali kita mendengarnya, baik dirumah,  dijalan atupun dikendaran. Mungkin sudah menjadi makanan dan pendengaran kita sehari-hari apalagi pasca kenaikan harga-harga pokok.
Nilai sebuah moral dizaman seperti ini merupakan harga mati yang mesti dimiliki oleh setiap individu baik mereka yang sehari-hari berjualan, kuli, tukang apalagi para pemerintah yang diberi amanat oleh rakyat untuk memimpin dam memperbaiki keadaan. Sudah jelas harus memiliki moralitas, jangan sampai moralnya lebih parah dari pada tukang copet. Dan alangkah baiknya, pemerintah selain bisa menjadi uswatun hasanah bagi keluarganya selaku teman hidup, mereka juga harus bisa menjadi tauladan  bagi rakyatnya untuk meneuju kehidupan yang bermoral mulia.
Ketika sebuah masyarakat tak lagi  menghargai moralitas, maka yang paling terkena dampaknya secara luas terhadap kehidupan adalah jagat politik. Karenamya jagat politik tidak bisa dipisahkan dari moralitas.
Moralitas dalam jagat politik adalah kapasitas yang dapat membedakan kebijakan, tindakan, Perilaku politik yang benar dan yang salah. Atas dasar perbedaan itulah semestinya para politisi bertindak dan berperilaku benar. Selanjutnya dengan moralitas itu pula mereka mendapat penghargaan diri ketika dapat menerapkan standar itu pada kebijakan dan perilaku politik mereka, sebaliknya merasa bersalah atau malu ketika melanggar standar.   
            Terlalu lama  negeri kaya, subur dan sejahtera ini dirusak. Dan perlu waktu yang lebih lama lagi untuk memperbaiki dan menyuburkannya kembali.
Dengan jasad yang sebigini adanya, saya dan mereka mencoba berbicara:  
Jadilah orang–orang yang rela berkorban untuk bangsa dan tanah air, jangan menjadi orang yang rela mengorbankan bangsa dan tanah air demi kepentingan pribadi atau kelompok”.
RENUNGAN
Pejuang dan pahlawan bukanlah mereka yang tergambar mementingkan diri sendiri dan banyak memanfaatkan demi kepentingan pribadi dan menggapai kemenangan. Tapi pejuang dan pahlawan sejati, tak pernah mencuri kemenangan untuk dirinya sendiri. Bahkan mereka tak pernah berfikir menikmati perjuangan yang dilakukan. Mereka adalah patriot sejati, sebagaimana yang digambarkan para perintis kemerdekaan.
Masalah persatuan dan kesatuan bangsa bukan hanya diperlukan pada saat bangsa Indonesia menghadapi kekuasaan asing saja, melainkan terus diperlukan hingga sekarang, agar kemerdekaan bangsa dan negara yang berhasil dicapai oleh para pendahulu kita tidak digoyah dan hancur di tangan kita. Persatuan dan kesatuan menjadi obat penenang keonaran dan kekicruhan kondisi bangsa, sekaligus menjadi harga mati yang harus senantiasa dikedepankan dan dijaga dengan baik Begitu juga dengan nilai moralitas sebagai pembatas dari perbuatan tidak waras.
Tulisan ini hanyalah ungkapan rakyat jelata yang mendambakan sosok orang dan pemimpin yang senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan serta moralitas, bijak dan mau mengorbankan diri untuk bangsa dan bukan sebaliknya. 


 

Masalah Sosial Dalam Masyarakat Yang Multikultural

Dosen Pengampu : Dra. C. H. Baroroh, M.si
Tugas ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Integrasi Nasional


Disusun oleh :

Nama         :     Bagas Riyady
NIM          :     K6409014
Prodi         :     PKN


PROGAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar belakang masalah
Bangsa Indonesia adalah salah satu negara multikultural dari sekian banyak bangsa multikultural yang ada di dunia. Hal trsebut dapat kita lihat dari kondisi sosio kultural dan geografis yang dimiliki Indonesia. kondisi sosial Indonesia yang beragam tercermin dari berbagai golongan masyarakat yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sedangkan kondisi kultural bangsa Indonesia yang beragam terlihat dari berbagai keragaman budaya yang ada, seperti beragam suku, agama, bahasa, tarian serta upacara adat yang pada masing-masing daerah berbeda-beda. Kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang satu sama lain dihubungkan oleh laut dangkal yang sangat potensial. Bentuk pulau-pulau yang ada juga memperlihatkan relief yang beranekaragam.
Suatu bangsa yang multikultural seperti Indonesia dapat menghasilkan sesuatu yang hebat apabila dikelola dengan benar. Sebaliknya, masyarakat multikultural seperti Indonesia dapat menimbulkan bencana besar apabila tidak dikelola dengan baik. Dalam hal ini pendidikan memegang perana penting guna mengelola dan mengembangkan masyarakat multikultural supaya tidak menimbulkan perpecahan melainkan berkembang menjadi sesuatu yang dahsyat. Bangsa Indonesia yang terdiri dari begitu banyak komponen didalamnya, masing-masing komponen penyusun tersebut memiliki kedudukan, hak serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan masyarakat yang multikultural.
Pengembangan masyarakat multikultural tentunya tidak dapat lepas dari dunia pendidikan sebagai suatu wadah yang mampu mengembangkan masyarakat multikultural itu sendiri melalui berbagai pendekatan dalam dunia pendidikan. Semangat kebangsaan yang dikembangkan melalui dunia pendidikan harus selalu ada. Selain itu, karakter kebangsaan dalam suatu masyarakat multikultural juga harus selalu dipupuk supaya tidak menimbulkan berbagai aksi yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Pengembangan yang dilakukan melalui pendidikan diharapakan mampu menciptakan masyarakat yang santun, baik, ramah, disiplin serta demokratis di tengah-tengah kehidupan masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai perbedaan yang hidup didalamnya.

  1. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud masyarakat multikultural ?
2.      Masalah apa yang ada di masyarakat akibat dari multikulturalisme ?
3.      Bagaimana usaha – usaha untuk  menciptakan persatuan dan kesatuan di dalam masyarakat yang multikultural ?
4.      Bagaimana pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kemajuan bangsa ?
 
  1. Tujuan
a.       Mengetahui apa yang dimaksud dengan masyarakat multicultural
b.      Mengetahui masalah apa yang ada di masyarakat akibat dari multikulturalisme
c.       Mengetahui usaha – usaha untuk menciptakan persatuan dan kesatuan dalam masyarakat yang multikultural.
d.      Mengetahui pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kemajuan bangsa.

D.    Manfaat
            Dengan selesainya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita akan masyarakat multikultural. Selain itu kita dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia demi mencapai cita – cita bangsa kita. Sebagai bangsa yang majemuk kita harus saling menghargai dan memahami antar pihak dan golongan agar tidak terjadi disintegrasi nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
 Dari sini, identitas budaya, seperti agama dan etnik, muncul sebagai sebuah politik yang bersuara mengoreksi proses-proses politik demokrasi yang terlalu over-dosisi menekankan individu dan mengabaikan komunitas. Komunitas dengan identitas-identitasnya tersebut kemudian tampil sebagai koreksi terhadap demokrasi individual, tapi juga sebagai jalan untuk memperkuat basis-basis kelembagaan demokrasi dalam komunitas-komunitas agama dan etnik.
Multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan cultural (budaya atau kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.
Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebut sebagai kehidupan multikultural. Akan tetapi tentu, tidak cukup hanya sampai disitu. Bahwa suatu kemestian agar setiap kesadaran akan adanya keberagaman, mesti ditingkatkan lagi menjadi apresiasi secara positif. Pemahaman ini yang disebut sebagai multikulturalisme.
Mengutip S. Saptaatmaja dari buku Multiculturalisme Educations: A Teacher Guide To Linking Context, Process And Content karya Hilda Hernandes, bahwa multikulturalisme adalah bertujuan untuk kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi.

B.     Nilai-nilai multikulturalisme
Nilai termasuk dalam ranah filsafat yang sesungguhnya sangat luas artinya. Bila dihubungkan dengan unsur yang ada pada diri manusia (akal, pikiran, perasaan dan keyakinan). Sesuatu dapat dikiatakan “nilai apabila sesuatu itu berguna, benar, indah, baik, religius dan sebagainya. Nilai bersifat ideal, karenanya nilai itu abstrak dan hanya dapat ditangkap melalui benda tertentu dan tingkah laku perbuatan yang mencerminkan nilai itu. Nilai bukanlah sekedar konsep-konsep abstrak, melainkan ditanamkan dengan sepenuh hati dan mempengaruhi jiwa-raga seseorang. Menurut kluckon dalam bukunya culture and behaviour bahwa nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya, nilai itu bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai sesuatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.
Nilai adalah sesuatu yang baik dan diharapkan. Jadi nilai-nilai multikultural adalah sesuatu yang baik yang diharapakan ada dalam aplikasi multikulturalisme. Agar dalam kehidupan bermasyarakat dapat tercipta suasana harmonis maka nilai-nilai tersebut harus ada dan diterapkan secara berkesinambungan. Nilai-nilai multikultural tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Nilai keadilan
2.      Nilai kepedulian
3.      Nilai kesetaraan
4.      Nilai toleransi
5.      Nilai persatuan
6.      Nilai solidaritas
7.      Nilai kebersamaan

C.     Masalah yang Ada Di Masyarakat Akibat Dari Multikulturalisme
Dalam masyarakat multikultural, keanekaragaman suku bangsa,agama, serta stratifikasi sosial telah menumbuhkan kelompok-kelompok sosial ataupun lembaga-lembaga sosial yang berjalan sendiri-sendiri. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebenarnya merupakan wujud dari kegiatan-kegiatan kehidupan para warga suku bangsa yang dilandaskan pada norma-norma sosial yang bersumber dari kebudayaan suku bangsa tersebut, seperti dalam kehidupan keluarga, kehidupan, komunitas, dan dalam hubungan kekerabatan, serta dalam berbagai upacara ritual keagamaan.
Keanekaragaman tersebut dapat menyebabkan konflik dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan sifat saling menomorsatukan suku bangsa mereka masing-masing. Sebagai contohnya konflik antara kelompok suku bangsa yang tergolong pribumi dengan kelompok suku bangsa yang tergolong pendatang, yang diakibatkan oleh adanya perbuatan sejumlah warga pendatang (oknum) yang bertindak sebagai preman dan kriminal, yang telah mendominasi hampir keseluruhan bidang kehidupan dengan cara-cara kekerasan dan teror.
Contoh konflik yang terjadi adalah seperti konflik antarsuku bangsa di Sambas, Kalimantan Tengah, dan Ambon yang bermula dari pendominasian tempat-tempat umum dan kehidupan komuniti warga setempat oleh para preman dan kriminal. Pendominasian dilakukan dengan berbagai cara, seperti pemalakan, tuntutan uang keamanan, penipuan, perampasan, pencurian dan perampokan. Dengan kata lain, pendominasian yang terjadi disana dilakukan dengan cara kekerasan dan terror yang dapat mengakibatkan ketakutan dan trauma yang mendalam bagi masyarakat disana.
D.    Usaha Membina Persatuan dan Kesatuan Di Masyarakat Multikultural
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multicultural. Hal ini terbukti dengan bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, bahasa, budaya serta adat istiadat. Bangsa Indonesia yang terdiri dari begitu banyak pulau menciptakan adanya berbagai ciri khas dari masing-masing wilayah yang pada akhirnya menciptakan keberagaman. Keberagaman yang muncul dari masing-masing wilayah tersebut menciptakan suatu bangsa yang multikultural sebagaimana dapat dilihat Indonesia pada saat ini.
Kehidupan dalam masyarakat yang multikultural seperti halnya bangsa Indonesia merupakan campuran dari berbagai individu dari berbagai golongan mayarakat yang ada. Golongan masyarakat tersebut kemudian berkembang membentuk suatu kelompok-kelompok dalam masyarakat yang akhirnya membentuk suatu bangsa yang multikultural.
Dengan keanekaragaman tersebut dapat dengan mudah menimbulkan konflik yang berujung pada hancurnya persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai bangsa yang mempunyai banyak perbedaan, maka seharusnya kita harus mengembangkan rasa saling menghargai satu sama lain. Sifat seperi itu yang sangat dibutuhkan di dalam keanekaragaman. Dengan begitu tidak akan terjadi disintegrasi nasional yang berujung pada hancurnya bangsa ini.
Cara yang digunakan pemerintah adalah dengan mengadakan pagelaran seni antar daerah. Kegiatan ini diharapkan dapat membina persatuan dan kesatuan bangsa serta dapat melestarikan budaya – budaya daerah yang ada agar tidak sampai hilang. Sebagai masyarakat Indonesia kita seharusnya bangga dengan semua yang kita punya. Baik kekayaan alam ataupun kekayaan kebudayaan. Tindakan yang harus kita lakukan untuk melestarikan budaya kita adalah dengan mempelajarinya.
Dengan belajar budaya bangsa kita sacara tidak sadar kita sudah berperan serta dalam melestarikan budaya kita. Selain itu rasa nasionalisme senantiasa terpelihara dan berkembang menjadi lebih baik lagi. Suatu bangsa yang multikultural seperti Indonesia dapat menghasilkan sesuatu yang hebat apabila dikelola dengan benar. Sebaliknya, masyarakat multikultural seperti Indonesia dapat menimbulkan bencana besar apabila tidak dikelola dengan baik. Dalam hal ini pendidikan memegang perana penting guna mengelola dan mengembangkan masyarakat multikultural supaya tidak menimbulkan perpecahan melainkan berkembang menjadi sesuatu yang dahsyat. Bangsa Indonesia yang terdiri dari begitu banyak komponen didalamnya, masing-masing komponen penyusun tersebut memiliki kedudukan, hak serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan masyarakat yang multikultural.
Pengembangan masyarakat multikultural tentunya tidak dapat lepas dari dunia pendidikan sebagai suatu wadah yang mampu mengembangkan masyarakat multikultural itu sendiri melalui berbagai pendekatan dalam dunia pendidikan. Semangat kebangsaan yang dikembangkan melalui dunia pendidikan harus selalu ada. Selain itu, karakter kebangsaan dalam suatu masyarakat multikultural juga harus selalu dipupuk supaya tidak menimbulkan berbagai aksi yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Pengembangan yang dilakukan melalui pendidikan diharapakan mampu menciptakan masyarakat yang santun, baik, ramah, disiplin serta demokratis di tengah-tengah kehidupan masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai perbedaan yang hidup didalamnya. Perdedaan-perbedaan yang hidup dalam masyarakat multikultural tersebut dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang positif melalui suatu upaya yang disebut pendidikan multikultural.
Selain itu pendidikan kewarganegaraan kaitannya dengan pendidikan multikultural memiliki peranan penting dalam membentuk karakter bangsa yang kuat yaitu masyarakat Indonesia yang mampu maejaga serta mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Warganegara yang memiliki karakter yang kuat diharpakan memiliki komitmen untuk selalu menjagapersatuan dan kesatuan bangsa.
Terdapat teori-teori sosial yang dapat menjelaskan hubungan antar individu dalam masyarakat dengan beragam latar belakang agama, etnik, bahasa, dan budaya atau disebut teori masyarakat majemuk. Dari beberapa teori yang ada, yang sejalan dengna konteks Indonesia yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika adalah teori Cultural Pluralism: Mosaic Analogy. Teori tersebut dikembangkan oleh Berkson. Teori Cultural Pluralism berpandangan bahwa masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang beragam latar belakang agama, etnik, bahasa, dan budaya, memiliki hak untuk mengekspresikan identitas budayanya secara demokratis. Teori ini sama sekali tidak meminggirkan identitas budaya tertentu, termasuk identitas budaya kelompok minoritas sekalipun. Bila dalam suatu masyarakat terdapat individu pemeluk agama Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu, maka semua pemeluk agama diberi peluang untuk mengekspresikan identitas keagamaannya masing-masing.

E.        Pancasila Pemersatu Bangsa
Istilah dan susunan persatuan, kesatuan daripada Pancasila dalam keadaannya sebagaimana terdapat pada dirinya sendiri. Di dalam istilah Pancasila tidak tersimpul isi daripada dasar filsafat negara, melainkan hanya menunjukkan bahwa dasar filsafat negara Indonesia tersusun atas lima hal, yang masing-masing merupakan suatu sila, suatu asas peradaban, suatu asas keadaban. Kelima sila tersebut merupakan bagian-bagian dalam kesatuan dasar. Bangsa Indonesia hanya memiliki satu dasar yang susunannya tidak tunggal, akan tetapi majemuk tunggal. Pancasila adalah asas persatuan, kesatuan, damai, kerjasama, hidup bersama dari bangsa Indonesia yang warga-warganya sebagai manusia yang memiliki bawaan kesamaan dan perbedaan.
Hendaknya warga Indonesia menempatkan perbedaan-perbedaan dan pertentengan-pertentangan dalam kedudukan dan arti yang tidak mempengaruhi kesamaan serta kesatuan bangsa Indonesia. Adanya perbedaan-perbedaan itu, disadari sebagai suatu hal yang memang menjadi bawaan sebagai manusia pribadi dan makhluk. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beridiologi. Asas-asas dalam Pancasila meresap dan hidup terpelihara dalam sanubari bangsa Indonesia sebagai pembangun hidup yang telah lama dimiliki oleh bangsa Indonesia. Perbedaan – perbedaan tersebut dijadikan sebagai alat perekat persatuan dan kesatuan demi majunya bangsa Indonesia.
Dengan persatuan dan kesatuan dari seluruh elemen masyarakat kemajuan bangsa Indonesia akan terwujud. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan demi tercapainya tujuan bangsa. Selain itu dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh kita akan mudah mengalahkan hambatan – hambatan yang berasal dari luar maupun yang berasal dari luar.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang multikultur yang terbukti dengan terdapat beranekaragamnya suku bangsa di Indonesia. Keanekaragaman ini dapat menimbulkan perpecahan yang berakibat pada hancurnya persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan pendidikan multikultural dan pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu mengurangi bahkan menghilangkan hal – hal tersebut. Dengan persatuan dan kesatuan kita dapat mewujudkan semua cita – cita bangsa dan memajukan Negara Indonesia. Hal tersebut membutuhkan peran serta dari seluruh elemen masyarakat.

B.     Saran
Kita harus bersyukur kepada Allah SWT karena telah diberi keanekaragaman pada bangsa kita. Keanekaragaman tersebut menjadi kekayaan yang tak ternilai harganya. Kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kemajuan bangsa dan menghadapi tantangan yang berasal dari luar maupun dari dalam.

DAFTAR PUSTAKA

http://setabasri01.blogspot.com/2009/08/integrasi-nasional-indonesia.html

http://radensomad.com/makalah-pancasila-dan-kewarganegaraan.html
http://pustakawan.pnri.go.id/uploads/media/5/PERPUSTAKAANDANPENDIDIKANMULTIKULTURALISME.doc

http://accuppank116.blogspot.com/2009/05/pengertian-dan-ciri-ciri-masyarakat.html



 tugas resume

Definisi Konflik :
Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)

Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: Conflict
is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another.
yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

Menurut Stoner Konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi, 2006:17)

Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering, 2001).

Teori-teori Konflik
Teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik adalah:
a. Teori hubungan masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Sasaran: meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada didalamnya.
Teori kebutuhan manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.
Sasaran: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
 Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
 Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
 Teori kesalahpahaman antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
 Teori transformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Sasaran: mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi, pengakuan.


Ciri-Ciri Konflik :

Menurut Wijono( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik adalah :
1. Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
2. Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau norma yang saling berlawanan.
3. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri.
4. Munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
5. Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

Tahapan-Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik :
1. Konflik masih tersembunyi (laten)
Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal yang mengganggu dirinya.
2. Konflik yang mendahului (antecedent condition)
Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.
3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat dirasakan (felt conflict)
Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.
4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)
Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.
5. Penyelesaian atau tekanan konflik
Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.
6. Akibat penyelesaian konflik
Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga mempengaruhi produkivitas kerja.(Wijono, 1993, 38-41).

Sumber-Sumber Konflik :

1. Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
A. Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu:
1) Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.

B. Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Filley and House memberikan kesimpulan atas hasil penyelidikan kepustakaan mengenai konflik peran dalam organisasi, yang dicatat melalui indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh empat variabel pokok yaitu :
1) Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.
2) Menerima kondisi dan situasi bila muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanan dalam pekerjaan.
3) Memiliki kemampuan untuk mentolelir stres.
4) Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam organisasi (Wijono, 1993, p.15).

Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi dalam organisasi misalnya adanya:
1. Pemecahan masalah secara sederhana. Fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama.
2. Penyesuaian/kompromi. Kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya.
Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan kepada manajer. Kadang-kadang kedua pihak tetap tidak puas.
3. Tidak sepakat. Tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan. Mengambil sikap menjaga jarak. Sebagai manajer, manajer perlu memanfaatkan dan menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
4. Kalah/menang. Ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat. Pada tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan pertarungan.
5. Pertarungan/penerbangan. Ini adalah konflik “penembak misterius”. Orang-orang yang terlibat di dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal sehat. Orang-orang saling berselisih.
6. Keras kepala. Ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”.
Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik ini adalah karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian.
7. Penyangkalan. Ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan.

Dampak Konflik
Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Dampak Positif Konflik
Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
1. Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan masing-masing.
3. Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan kreativitas.
4. Semakin berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan produktivitas kerja semakin meningkat. Hal ini karena karyawan memperoleh perasaan-perasaan aman, kepercayaan diri, penghargaan dalam keberhasilan kerjanya atau bahkan bisa mengembangkan karier dan potensi dirinya secara optimal.
5. Banyaknya karyawan yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Semua ini bisa menjadikan tujuan organisasi tercapai dan produktivitas kerja meningkat akhirnya kesejahteraan karyawan terjamin.

2. Dampak Negatif Konflik
Dampak negatif konflik (Wijono, 1993, p.2), sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
2. Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan, kondisi psikis dan keluarganya.
3. Banyak karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan, merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
4. Seringnya karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari atasan, misalnya mengadakan sabotase terhadap jalannya produksi, dengan cara merusak mesin-mesin atau peralatan kerja, mengadakan provokasi terhadap rekan kerja, membuat intrik-intrik yang merugikan orang lain.
5. Meningkatnya kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over. Kondisi semacam ini bisa menghambat kelancaran dan kestabilan organisasi secara menyeluruh karena produksi bisa macet, kehilangan karyawan potensial, waktu tersita hanya untuk kegiatan seleksi dan memberikan latihan dan dapat muncul pemborosan dalam cost benefit.


Strategi Mengatasi Konflik


Definisi Manajemen Konflik
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

Fisher dkk (2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan situasi secara keseluruhan.
Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.

Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik. Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses. Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.


Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:
1. Pengenalan
Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).
2. Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.
3. Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
4. Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.
5. Evaluasi
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

Stevenin (1993 : 139-141) juga memaparkan bahwa ketika mengalami konflik, ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan di tengah-tengah konflik, yaitu:
1. Jangan hanyut dalam perebutan kekuasaan dengan orang lain. Ada pepatah dalam masyarakat yang tidak dapat dipungkiri, bunyinya: bila wewenang bertambah maka kekuasaan pun berkurang, demikian pula sebaiknya.
2. Jangan terlalu terpisah dari konflik. Dinamika dan hasil konflik dapat ditangani secara paling baik dari dalam, tanpa melibatkan pihak ketiga.
3. Jangan biarkan visi dibangun oleh konflik yang ada. Jagalah cara pandang dengan berkonsentrasi pada masalah-masalah penting. Masalah yang paling mendesak belum tentu merupakan kesempatan yang terbesar.

Menurut Wijono (1993 : 42-125) strategi mengatasi konflik, yaitu:

1. Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh strategi yaitu:
1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan kemampuan /kekuatan diri sendiri
4) Menentukan tujuan
5) Mencari beberapa alternatif
6) Memilih alternatif
7) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar

2. Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)

Menurut Wijono (1993 : 66-112), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu:

1) Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy)
Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah.
Dalam strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak ketiga yaitu:
a. Arbitrasi (Arbitration)
Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.
b. Mediasi (Mediation)
Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang diselesaikan oleh abriator, karena seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara langsung terhadap pihak-pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.

2) Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)
Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik
dengan win-lose strategy (Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
a. Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).
b. Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal ambiquity).
c. Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
d. Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual traits).
e. Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah pihak, untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

3) Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)
Penyelesaian yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang.
Strategi menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:
a. Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving) Usaha untuk menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah pihak.
b. Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation) Dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi
salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik

3. Strategi Mengatasi Konflik Organisasi (Organizational Conflict)

Menurut Wijono (1993, pp.113-125), ada beberapa strategi yang bisa dipakai untuk mengantisipasi terjadinya konflik organisasi diantaranya adalah:

1) Pendekatan Birokratis (Bureaucratic Approach)
Konflik muncul karena adanya hubungan birokratis yang terjadi secara vertikal dan untuk menghadapi konflik vertikal model ini, manajer cenderung menggunakan struktur hirarki (hierarchical structure) dalam hubungannya secara otokritas. Konflik terjadi karena pimpinan berupaya mengontrol segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan oleh bawahannya. Strategi untuk pemecahan masalah konflik seperti ini biasanya dipergunakan sebagai pengganti dari peraturan-peraturan birokratis untuk mengontrol pribadi bawahannya. Pendekatan birokratis (Bureaucratic Approach) dalam organisasi bertujuan mengantisipasi konflik vertikal (hirarkie) didekati dengan cara menggunakan hirarki
struktural (structural hierarchical).

2) Pendekatan Intervensi Otoritatif Dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention in Lateral Conflict)
Bila terjadi konflik lateral, biasanya akan diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak yang terlibat konflik. Kemudian jika konflik tersebut ternyata tidak dapat diselesaikan secara konstruktif, biasanya manajer langsung melakukan intervensi secara otoratif kedua belah pihak.

3) Pendekatan Sistem (System Approach)
Model pendekatan perundingan menekankan pada masalah-masalah kompetisi dan model pendekatan birokrasi menekankan pada kesulitan-kesulitan dalam kontrol, maka pendekatan sistem (system Approach) adalah mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul.
Pendekatan ini menekankan pada hubungan lateral dan horizontal antara fungsi-fungsi pemasaran dengan produksi dalam suatu organisasi.

4) Reorganisasi Struktural (Structural Reorganization)
Cara pendekatan dapat melalui mengubah sistem untuk melihat kemungkinan terjadinya reorganisasi struktural guna meluruskan perbedaan kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai kedua belah pihak, seperti membentuk wadah baru dalam organisasi non formal untuk mengatasi konflik yang berlarut-larut sebagai akibat adanya saling ketergantungan tugas (task interdependence) dalam mencapai kepentingan dan tujuan yang berbeda sehingga fungsi organisasi menjadi kabur.


PETUNJUK PENDEKATAN  SITUASI KONFLIK  :
q  Diawali  melalui penilaian diri sendiri
q  Analisa  isu-isu seputar konflik
q  Tinjau kembali  dan sesuaikan dengan  hasil eksplorasi diri sendiri.
q  Atur dan rencanakan  pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
q  Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
q  Mengembangkan dan  menguraikan solusi
q  Memilih solusi dan melakukan tindakan
q  Merencanakan pelaksanaannya






0 komentar:

Posting Komentar